Jumat, 30 April 2010

Bisnis Web di Era Web 2.0

bisnis di era web 2.0

Kata Web 2.0 semakin sering muncul dalam berbagai perbincangan dan literatur tentang teknologi informasi (TI). Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang riset TI, Forrester Research, memprediksi mengenai Web 2.0 pada awalnya dinilai terlalu konservatif.

Definisi Web 2.0 itu sendiri cukup bermacam-macam dan luas. Namun secara singkat, Web 2.0 adalah sebuah teknologi berbasis web yang menawarkan tiga keuntungan. Yaitu, pertama, kemampuan untuk DIY (do-it-yourself) atau melakukan sendiri, misalnya Wikipedia. Kedua, kemampuan untuk memberikan pengalaman berharga, seperti penggunaan AJAX dan Adobe Flex. Ketiga, pengembangan aplikasi berbasis web yang lebih sederhana seperti penggunaan scripting language PHP dan mashups.

Media sosial yang merupakan sekumpulan media baru yang berbasiskan Web 2.0 seperti situs jejaring sosial, blog, foto/video sharing sites dll, telah mengubah cara pandang dan praktik bisnis pada abad ke-21.

Media sosial menciptakan berbagai dampak, mulai dari demokratisasi peluang bisnis sampai penyeimbang kekuatan (equalizer) antara perusahaan dan konsumen/publik.

Contoh Web 2.0 yang sangat populer adalah Wikipedia. Wikipedia telah mengubah bagaimana informasi dibuat dan dipergunakan secara kolaboratif.

Yang menarik dari hasil studi Forrester Research itu adalah 63% dari profesional TI yakin Web 2.0 akan memberikan dampak terhadap bisnis. Sebagian besar dari para profesional TI tersebut yakin bahwa dampaknya adalah positif, hanya 3% yang mengatakan berdampak negatif.

dari hasil studi tersebut, tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana cara menciptakan rambu-rambu dan prosedur yang mengatur bagaimana karyawan perusahaan bisa berpartisipasi dan berkontribusi pada era Web 2.0 dengan tetap menjaga data sensitif dan kerahasiaan perusahaan.

Peran Komunitas Online


Gejolak yang terjadi di pasar finansial akhir-akhir ini menunjukkan bahwa perubahan bisnis semakin hari semakin tidak dapat di prediksi.
Karena itulah, para pemasar dipaksa untuk selalu kreatif dan selalu berinovasi. Hanya dengan cara itu, para pemasar bisa menghadapi masa yang akan datang yang tidak menentu dengan optimis. Seperti kata Peter Drucker, "The best way to predict the future is to create it."

Kekuatan online media saat ini memang harus diwaspadai oleh para pemasar. Perkembangan Web 2.0 seperti social media dan blog memungkinkan orang untuk menjadi produsen sekaligus konsumen langsung (prosumen). Orang bukan hanya membaca berita-berita yang ada, tetapi bisa menjadi pencipta dari berita-berita tersebut. Maksudnya, semua orang bisa memberikan penilaian baik terhadap suatu produk, bahkan mengungkapkan kekecewaan terhadap suatu produk secara online dan dapat dilihat banyak orang.

Jadi selain dapat merusak nilai suatu merek, online media juga dapat digunakan sebagai sarana memperkuat citra suatu merek.

Top blogger

Contoh salah satu perusahaan yang telah kreatif memanfaatkan online media secara serius adalah PT Toyota Astra Motor (TAM).

Pada 28 Februari 2008 TAM mengundang 12 top blogger di Indonesia untuk menghadiri acara peluncuran All New Corolla Altis di Senayan City. Pada acara tersebut pihak TAM bukan hanya membeberkan mengenai detil teknis mobil yang akan diluncurkan. Arah pembicaraan justru lebih ke pengenalan secara personal antara para blogger dan TAM.

Inilah upaya kreatif untuk merangkul, memberikan apresiasi, dan berusaha mengenal komunitas online seperti para blogger. Efek publikasi yang ditimbulkan sangat luar biasa. Kalau selama ini orang mendengar peluncuran produk hanya dari media cetak atau elektronik, sekarang juga dari blog. Apalagi, karena yang diundang adalah top blogger, yang blog-nya bisa dikunjungi oleh ribuan orang per hari, maka jumlah orang yang terjangkau bisa menjadi berlipat ganda. Belum lagi ditambah blogger-blogger lain yang ikut menulis soal ini. Imbasnya juga “menyeberang” ke dunia offline. Media massa cetak banyak yang menulis soal ini karena punya news value yang tinggi.

Ini menunjukkan bahwa media Internet dapat menjadi sangat potensial jika dimanfaatkan secara tepat. Komunitas seperti ini juga bisa menjadi saluran yang membantu Anda untuk menjual produk Anda.

Testimonial dari orang-orang yang puas terhadap produk Anda akan menjadi alat ampuh untuk mempengaruhi konsumen lainnya. Terlebih di masa sulit, ketika secara psikologis kepercayaan orang menurun. Pada masa-masa seperti ini, orang akan lebih memilih untuk mendengarkan pengalaman orang lain ketimbang melihat iklan.

Komunitas pelanggan memang punya kredibilitas yang tinggi sehingga bisa menjadi saluran penjualan yang efektif. Semakin banyak orang yang tertarik untuk bergabung dalam suatu komunitas, baik yang online maupun offline. Komunitas online seperti Friendster misalnya, di Indonesia telah memiliki anggota lebih dari dua juta orang.
Demikian juga komunitas berbasis forum seperti chip (komputer), HTML (motor Honda Tiger), dan lain-lain terus tumbuh dan berkembang. Sedangkan untuk komunitas offline, baik yang murni offline maupun hasil turunan dari yang online, juga tumbuh subur, seperti Djarum Black auto community (otomotif) ataupun MarkPlus Club (pemasaran).

Dalam komunitas online ini, orang justru lebih bisa mengekspresikan dirinya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya Internet dan telepon seluler, memang memberikan kebebasan dan kemudahan bagi setiap orang untuk berpendapat.

Orang-orang di dalam komunitas adalah produsen sekaligus konsumen. Mereka pembeli sekaligus penjual. Dan yang terpenting, mereka bukan hanya memiliki ikatan emosional yang kuat dengan sesama anggota komunitas, tapi juga memiliki ikatan emosional yang kuat dengan merek yang bersangkutan.

Anggota komunitas ini adalah orang-orang yang akan selalu menyebarkan kabar baik tentang merek kita setiap saat. Mereka akan selalu merekomendasikan merek kita kepada orang lain. Dalam komunitas, penjualnya adalah sekaligus menjadi pembeli sehingga bisa lebih dipercaya dan lebih kredibel.

Namun, jangan keliru memanfaatkan komunitas ini. Komunitas akan menjadi saluran yang kuat jika dimanfaatkan secara ideal. Tetapi, jika suatu perusahaan sudah melakukan hard-selling, maka akan sangat berbahaya. Hard-selling justru akan meruntuhkan kredibilitas yang telah dibangun dengan susah payah.

sumber : web.bisnis.com

Bisnis Jejaring Sosial

Web 2.0 mengandalkan konsep situs jejaring sosial. Bagi pengguna internet, situs-situs Web 2.0 sangat menarik karena dapat dijadikan ajang aktualisasi diri.

Model bisnis yang ditawarkan oleh situs-situs berbasis Web 2.0 terbilang menarik, meski dianggap tak lazim layaknya bisnis tradisional.

Kita ambil Facebook sebagai contoh. Situs hangout itu kelihatannya hanya mengumpulkan orang-orang muda yang gemar berbagi foto dan sekadar bergaul di internet. Tapi, coba bayangkan, dengan jumlah pengguna online yang berjumlah puluhan juta—termasuk di dalamnya adalah orang-orang kreatif dan pebisnis yang ingin menjalin relasi—berapa besar potensi yang dimiliki Facebook?

Situs ini mengundang para pengembang aplikasi untuk menawarkan “mainan” buatan mereka—berupa aplikasi-aplikasi kecil yang disebut widgets. Ini, selain mengundang lebih banyak orang untuk bergabung sebagai pengguna, juga menarik para pengembang aplikasi untuk terus berkreasi dan memanfaatkan Facebook sebagai media promosi produk mereka. Potensi Facebook tak berhenti sampai di situ. Aplikasi-aplikasi itu kemudian menjadi magnet bagi para pemasang iklan untuk menyelipkan iklan produk buatannya ke sana. Bisa dilihat, pada akhirnya, inovasi yang dilakukan Facebook di situs Web 2.0-nya tak hanya memengaruhi dunia sosial, tapi juga industri.

sumber : qbheadlines.com

Wikinomics : Era Kolaborasi Ekonomi Lintas Industri Via Internet Mengubah Segalanya

Selama ini banyak perusahaan konvensional yang menggunakan sistem organisasi yang berdasarkan garis hirarki perusahaan yang cukup ketat, Setiap orang memiliki keterkaitan bagi yang lain dan saling membawahi seperti contohnya karyawan dengan manager, pemasar dengan pelanggan, perusahaan dengan komunitas. Dan masing-masing elemen dalam perusahaan tersebut mengemban tugas pribadi yang berbeda satu sama lain, mereka mengerjakan tugas tersebut secara individu. Banyaknya penggunaan blog, ruang chat, blogsphere atau media dialog dan debat mengubah sistim kerja para karyawan perusahaan. Karyawan atau pegawai mengatur performa bekerja mereka dengan mengkolaborasikan diri dalam lingkaran kelompok organisasional, sambil menciptakan apa yang kita sebut sebagai 'zona kerja wiki'. Mereka berkolaborasi serta bertukar pikiran dengan komunitas nya atau bahkan dengan orang-orang diluar komunitas untuk menciptakan inovasi yang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Di masa depan peran institusi bisnis dan sosial akan semakin berkurang serta akan mendapat tantangan besar dari orang-orang yang menguasai dunia teknologi informasi dan komunikasi. Hal tersebut dipaparkan dalam buku yang berjudul "Wikinomics: How Mass Collaboration Changes Everything". Buku itu diluncurkan oleh Dan Tapscott dan Anthony D. Williams pada Desember 2006 dan menjadi bahan pembicaraan di ratusan seminar dan menjadi topik di berbagai media masa seluruh dunia

Mulai banyak perusahaan pintar menggunakan media sebagai alat mempromosikan produk mereka, seperti web, yang dapat menarik berpuluhpuluh juta partisipan tanpa memakan banyak waktu. Cara baru berorganisasi seperti ini, jika dijalankan secara berkesinambungan, tentunya akan menggantikan struktur perusahaan konvensional sebagai mesin ekonomi utama dari penciptaan keuntungan. Sistem ekonomi model baru ini terus berkembang di luar software, musik, penerbitan, atau farmasetik.

Misalnya, pada saat perusahaan tambang Gold Corp yang berbasis di Kanada kehilangan akal untuk menafsirkan peta potensi tambang emas yang mereka miliki sejak 1948. Para ahli geologi yang tergabung dalam Litbang GoldCorp tidak dapat menghitung potensi emas dan menyerah ketika diminta mencari metoda eksploitasinya. Sang CEO Rob McEwen berusaha menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut tersebut dengan mengundang rapat internal penting yang diharapkan bisa mengubah masa depan perusahaan secara drastis. Rob McEwen terinspirasi oleh Linus Thorvald (pencipta sistem terbuka Linux), dia meminta para ahli geologinya untuk menggali informasi ladang mereka sejak 1948 dan menyebarkan informasi yang mereka dapat melalui internet. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat masukan dari ahli geologi dunia mengenai identifikasi ladang-ladang produktif dengan menjanjikan kompensasi imbalan yang menarik.

Hal ini merupakan fenomena karena pada umumnya perusahaan pertambangan merahasiakan data ladang tambangnya. Tetapi McEwen malah membuka kesempatan kepada siapapun di luar GoldCorp bahkan di seluruh dunia untuk menafsirkan peta ladang tersebut. Dan tidak membutuhkan waktu lama, perusahaan ini mendapat masukan dari ribuan orang via internet. Ada geolog, militer, ahli intelejen bahkan anak kecil memberikan ide mengenai potensi emas dan metode eksploitasi untuk ladang tersebut. Pada akhirnya GoldCorp selamat dari kebangkrutan. Kini setiap satu dollar yang ditanam GoldCorp pada 1990 ditahun 2006 sudah menghasilkan 3000 dollar dan saham perusahaan ini pun naik.
Rob McEwen sukses menerapkan strategi kolaborasi. Dan karena kesuksesan tersebut kini tidak hanya GoldCorp yang menerapkannya tetapi Nestle, Protect and Gamble, Nike dan Telkomsel mengandalkan individu maupun institusi di luar perusahaan dalam membantu melancarkan proses produksinya. Organisasi dan para jajaran direksi mereka berhasil memaksimalkan peran kolaborasi dan organisasi personal sebagai motor dari potensi baru agar meminimalisasi cost produksi, mempercepat inovasi dan secara umum melakukan apa yang diperlukann untuk menjaga organisasi mereka menuju lingkungan bisnis abad 21.

Slim Device Inc. sebagai perusahaan elektronik yang berbasis di Mountain View, California ini justru menyerahkan Riset and Development nya kepada para konsumen dan masyarakat luas, bahkan dari seluruh penjuru dunia. Masyarakat lah yang berimajinasi sekaligus mendesain produk menggunakan Slim Server Software yang dapat diunduh gratis via internet, setelah itu tim Slim yang mengkombinasikan seluruh ide yang masuk untuk diproduksi dan dijual ke pasaran. Contohnya saat sean mengundang para desainer dan pengembang alat elektronik untuk saling berdiskusi membangun peranti audio serta mereka dipersilakan untuk memodifikasi produk. Tidak seperti perusahaan lain yang pada umumnya memiliki divisi Riset and Development elite, berlimpah uang dan tertutup terhadap masyarakat.


Produk yang dirancang langsung oleh masyarakat tersebut laris manis di pasaran, pada tahun 2006 lalu Slim dapat meraup pendapatan sebesar US$ 10 juta. Perusahaan ini disebut mengembangkan model bisnis open source layaknya Linux, Mozilla dan Wikipedia. Bahkan, perusahaan besutan Sean Adam ini disebut-sebut sebagai prototipe perusahaan masa depan sekalipun mungkin tak serevolusioner Linux yang merepotkan Windows, Mozilla yang bikin deg-degan Internet Explorer, dan Wikipedia yang telah menghancurkan Encyclopedia Britanica. Untuk kedepannya modelkolaborasi seperti inilah yang akan menguat yang oleh Tapscott disebut sebagai Wikinomics yaitu sebuah istilah bagi era partisipasi dan kolaborasi manusia dalam dunia ekonomi dan bisnis.

Akan tetapi, pada proses penyelasaiannya, banyak manager menyimpulkan bahwa bisnis kolaborasi masa baru masih kurang ramah. Beberapa kritik datang pada proyek ‘open source’ seperti Linux dan Wikipedia yaitu mengasumsikan bahwa mereka sebagai daya tarik darihak legitimasi dan kebutuhan perusahaan untuk meraup kekayaan semata. Dan ada sebagian yang beranggapan bahwa model kolaborasi seperti ini sebagai ancaman keberadaan bagi perusahaan itu sendiri. Ada beberapa contoh kegagalan yang dialami perusahaan yang sejauh ini telah gagal dalam menjalani logika ekonomi baru.

Lahirnya berbagai situs jejaring sosial seperti MySpace,Facebook, Twitter ikut berpartisipasi dalam pengembangan era partisipasi dan kolaborasi masyarakat dalam dunia ekonomi dan bisnis, yang mengubah segalanya mulai dari hirarki perusahaan, organisasional perusahaan sampai proses pembagian keuntungan.

Sebanyak tiga juta dollar dihabiskan untuk riset dan pengembangan pada tahun 2000-2001 membuahkan peningkatan dari web dan berdampak pada model bisnis yang diterapkan. Pada tahun 2003, meningkat dua juta dollar untuk studi web transparancy sebagai bagian baru dari jaringan bisnis yang menggunakan keparcayaan. Dan meningkat kembali pada tahun 2004-2005, empat juta milliar dollar untuk program mengeksplorasi tentang bagaimana teknologi baru dan model-model kolaboratif mengubah desain bisnis dan berkompetisi secara dinamis.

Jutaan bahkan miliaran penduduk dunia saat ini bisa secara aktif berperan serta dalam berinovasi menciptakan produk baru, penciptaan kekayaan dan pengembangan sosial sebagai cara yang dahulunya hanya bisa kita impikan. Dengn berkolaborasinya masyarakat, mereka bisa mengembangkan seni, budaya, ilmu, edukasi, pemerintahan dan ekonomi dengan cara yang menguntungkan.

Perusahaan yang menggunakan web telah menemukan perbedaan dari kemampuan untuk berkolaborasi dan kejeniusan. Dalam hal ini, untuk mencapai kesuksesan tidak cukup hanya dengan melakukan simplifikasi dari strategi menagemen yang sudah diterapkan. Parajajaran pemimpin atau direksi harus berpikir “out of box” dalam persaingan dan dalam mencapai keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.


Referensi :
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.
http://www.waena.org

Minggu, 18 April 2010

Konsep dan Visi Web 2.0

DEFINISI & KONSEP WEB 2.0

Web 2.0 sudah menjadi pembicaraan sejak tahun 2004, tetapi bukan sesuatu yang familiar bagi masyarakat bahkan pengguna internet. Masih banyak orang yang tidak mengetahui maksud dan manfaat dari penggunaan Web 2.0, terutama jika dibandingkan dengan web yang telah mereka kenal selama ini. Ketika Web 2.0 disebut sebagai tahap kedua atau tahap lanjutan dari perkembangan web yang telah ada, timbul kekhawatiran apakah versi web tersebut akan bekerja dengan maksimal pada program web browser yang dimiliki pengguna karena tidak ada satupun teknologi yang perlu di-upgrade oleh pengguna untuk dapat mengakses web tersebut. Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara pikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah website yang sebagian besar diadaptasi dari gabungan teknologi web yang telah ada.
Walaupun definisi mengenai Web 2.0 masih belum digambarkan secara utuh sampai hari ini, ada pihak yang mengatakan bahwa Web 2.0 lebih menekankan pada social network antar-penggunanya seperti yang telah kita lihat selama ini dalam dunia Blog. Dengan adanya RSS di dalam Blog, informasi-informasi di dalam sebuah Blog dimungkinkan dapat diadaptasi, dikoleksi, dan di-share untuk menjadi bagian dari Blog lainnya. Namun O’Reilly dan MediaLive International menekankan bahwa Web 2.0 merupakan sebuah platform bagi aplikasi. Mereka mendeskripsikan hal ini sebagai sebuah software yang berjalan melalui media internet dengan bantuan web browser dan tidak perlu diinstalasi terlebih dahulu seperti software-software yang umumnya kita gunakan. Bahkan konsep mengenai sistem operasi di dalam web juga masuk dalam definisi tersebut di dalam konferensi Web 2.0 pada tahun 2005.

MS Word berbasis Web
Kita dapat menjalankan program pengolah kata seperti Microsoft Word, serta mengubah dokumen dengan hanya mengunjungi situs yang menyediakan program tersebut. Karena program tersebut dapat dijalankan melalui web browser, kita tidak perlu melakukan instalasi program apapun di dalam komputer. Beberapa praktisi internet telah mengenal kemampuan tersebut dalam AJAX (Asynchorous Javascript and XML), yang menggabungkan teknologi HTML, CSS, Javascript, dan XML dalam menciptakan aplikasi website yang dinamis. Contoh aplikasi tersebut dapat kita lihat pada Google yang menyediakan program sejenis Microsoft Excel melalui situsnya di http://spreadsheets.google.com.
Melalui aplikasi di dalam situs tersebut, kita dapat membuka dan mengolah dokumen spreadsheet yang dimiliki. Bahkan dokumen tersebut dapat di-sharing ke beberapa rekan di internet. Dengan adanya fasilitas penyimpanan, pengguna tidak lagi membutuhkan media penyimpanan seperti disket atau flash disk. Pengolahan data dan penyimpanan dokumen, bahkan sharing dokumen, dapat dilakukan hanya dalam satu halaman web browser.

Tujuh Karakteristik
Meskipun definisi Web 2.0 belum secara solid diformulasikan, terdapat tujuh prinsip yang mendasari karakter Web 2.0. Karakter tersebut antara lain web sebagai platform dimana menjadikan web sebagai tempat bekerja di manapun Anda berada. Cukup dengan membuka web browser, Anda dapat mengerjakan tugas mengetik dokumen, perhitungan keuangan, atau merancang presentasi melalui aplikasi-aplikasi yang telah disediakan dan dapat dijalankan secara langsung melalui internet.
Karakteristik berikutnya, adanya partisipasi dari pengguna dalam berkolaborasi pengetahuan. Hal ini mengingatkan akan pemberian kepercayaan kepada pengguna internet untuk dapat berpartisipasi dalam berbagi pengetahuan di Wikipedia, sebuah ensiklopedia berbasis web yang disusun berdasarkan masukan-masukan pengguna internet di seluruh dunia.
Karakteristik ketiga, data menjadi trademark-nya aplikasi, mengingatkan kita pada slogan “Intel Inside” yang telah melambungkan nama prosesor Intel di kalangan pengguna komputer. Trademark tersebut telah menjadi suatu garansi kepercayaan dari pengguna akan kemampuan komputer yang akan ataupun sudah dibelinya. Maksud yang sama juga diusung oleh karakteristik ketiga ini, dimana penyuplai data akan memberikan trademark yang akan digunakan oleh pemilik website untuk memberikan garansi kepercayaan kepada pengunjungnya. Sebagai contoh adalah “Nevteq Onboard” untuk data peta pada sistem navigasi GPS dan “Powered by Google” untuk dukungan Google Maps pada peta dunia berbasis web.
Sedangkan karakteristik selanjutnya, web 2.0 sebagai akhir dari siklus peluncuran produk software, mengilustrasikan setiap produsen software tidak lagi meluncurkan produknya dalam bentuk fisik. Karena web menjadi platform, pengguna cukup datang ke website untuk menjalankan aplikasi yang ingin mereka gunakan. Hasil dari pengembangan fitur di dalam software dapat langsung dirasakan oleh pengguna. Software tidak lagi dijual sebagai produk namun berupa layanan (service). Produsen yang memberikan pelayanan yang cepat dan bagus, akan menjadi pilihan pengguna.
Karakteristik kelima, dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service atau RSS. Ketersediaan RSS akan menciptakan kemudahan untuk di-remix oleh website lain dengan menggunakan tampilannya masing-masing dan dukungan pemrograman yang sederhana.
Karakteristik keenam, software tidak lagi terbatas pada perangkat tertentu. Hal ini mempertegas posisi web sebagai platform dimana setiap perangkat dapat mengaksesnya. Komputer tidak lagi menjadi satu-satunya perangkat yang dapat menjalankan berbagai aplikasi di internet. Setiap aplikasi harus didesain untuk dapat digunakan pada komputer pribadi, perangkat genggam seperti ponsel dan PDA, ataupun server internet.
Sedangkan karakteristik terakhir, adanya kemajuan inovasi pada antar-muka (interface) di sisi pengguna. Dukungan AJAX yang menggabungkan HTML, CSS, Javascript, dan XML pada Yahoo!Mail Beta dan Gmail membuat pengguna merasakan nilai lebih dari sekedar situs penyedia e-mail. Kombinasi media komunikasi seperti Instant Messenger (IM) dan Voice over IP (VoIP) akan semakin memperkuat karakter Web 2.0 di dalam situs tersebut.
Kunci Perbedaan
Menurut Wikipedia, yang menjadi kunci perbedaan dalam Web 2.0 dan Web 1.0 adalah keterbatasan pada Web 1.0 yang mengharuskan pengguna internet untuk datang ke dalam website tersebut dan melihat satu persatu konten di dalamnya. Sedangkan Web 2.0 memungkinkan pengguna internet dapat melihat konten suatu website tanpa harus berkunjung ke alamat situs yang bersangkutan. Selain itu, kemampuan Web 2.0 dalam melakukan aktivitas drag and drop, auto complete, chat, dan voice seperti layaknya aplikasi desktop, bahkan berlaku seperti sistem operasi, dengan menggunakan dukungan AJAX atau berbagai plug-in (API) yang ada di internet. Hal tersebut akan merubah paradigma pengembang sofware dari distribusi produk menjadi distribusi layanan. Sedangkan karakter lainnya, kolaborasi dan partisipasi pengguna, ikut membantu memperkuat perbedaan pada Web 2.0. Suatu website dapat saja memasukkan beberapa bahkan tujuh karakter Web 2.0 di dalam situs yang dibangunnya. Semakin banyak karakter yang masuk ke dalam website tersebut, suatu situs akan mendekati Web 2.0. Yang terpenting bukanlah klaim sebagai Web 2.0, namun mampukah dampak perkembangan tersebut menjembatani pengguna internet dengan kepentingan perusahaan, komunitas, atau Anda dengan menggunakan Web 2.0.



VISI WEB 2.0

Seiring dengan semakin banyaknya adopsi Web 2.0 dalam bisnis, diperlukan panduan untuk para Chief Information Officer (CIO) agar adopsi tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal.
Pengetahuan yang mendalam (deep knowledge) mengenai Web 2.0 adalah hal yang kritikal dalam pengambilan keputusan dan pengembangan strategi mengadopsi Web 2.0 di sebuah perusahaan.
Pengetahuan tersebut bukan hanya mengenai teknologi Web 2.0 saja, melainkan juga mengenai manusia (people), proses, budaya dan manajemen perubahan (change management). Banyak organisasi telah mengadopsi Web 2.0 hanya dari sisi teknologinya saja, bukan sebagai bagian dari strategi bisnis mereka.
Adopsi Web 2.0 di organisasi-organisasi tersebut hanya sebatas melakukan eksperimentasi penggunaan teknologi Web 2.0.
Adalah hal yang sangat kritikal dalam organisasi untuk menggunakan metodologi yang tepat untuk mengimplementasi berbagai aplikasi Web 2.0, mengukur return on investment (ROI) dan membangun keunggulan kompetitif dari implementasi Web 2.0 tersebut.
Metodologi implementasi Web 2.0 terdiri dari enam tahapan. Tahapan tersebut adalah:
- pendidikan,
- strategi,
- perencanaan,
- implementasi,
- adopsi, dan
- mengukur & meningkatkan (measure and improve).



Tahapan pendidikan terdiri dari aktivitas-aktivitas: mempelajari dan mengerti mengenai prinsip-prinsip Web 2.0, tren Web 2.0, dan aplikasi Web 2.0 dalam bisnis.
Tahapan strategi terdiri dari aktivitas-aktivitas: formulasi visi Web 2.0, melakukan asesment keunggulan kompetitif, dan transformasi strategi bisnis.
Tahapan perencanaan terdiri dari aktivitas-aktivitas: roadmap implementasi (implementation roadmap), seleksi teknologi, dan penerapan metodologi proyek.
Tahapan implementasi terdiri dari aktivitas-aktivitas: desain perangkat lunak, mengembangkan aplikasi, dan deployment & support.
Tahapan adopsi terdiri dari aktivitas manajemen komunitas (community engagement & management), manajemen perubahan organisasi, dan mendapatkan komitmen manajemen eksekutif.
Tahapan mengukur & meningkatkan (Measure & improve) terdiri dari aktivitas-aktivitas: mengukur kemapanan Web 2.0 (measure Web 2.0 maturity), analisa gap dan ROI (gap analysis and ROI), melakukan review dan perencanaan selanjutnya.
Dengan menerapkan metodologi tersebut di atas, diharapkan para pemimpin organisasi IT dapat memanfaatkan teknologi Web 2.0 secara optimal.

Source: Bataviase.co.id

Jumat, 02 April 2010

Trend Situs Jejaring Sosial: Facebook dan Twitter

Di awal tahun 2006 kita sempat dihebohkan dengan adanya Friendster, sehingga hampir semua orang mempunyai akun Friendster. Tidak lama kemudian, kita semua mulai beralih dari Friendster ke Facebook, dan kini hampir semua orang mempunyai akun Facebook. Belum lama ini muncul jugajejaring Twitter yang tidak kalah eksis dibandingkan dengan Facebook. Friendster, facebook, dan twitter merupakan tiga dari sekian banyak situs jejaring sosial yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Sebenarnya masih banyak lagi situs-situs lainnya yang termasuk dalam situs jejaring sosial ini, seperti plurk, Myspace, tumblr, windows Live Messenger, serta Yahoo! Messenger namun itu semua tidak seheboh dengan kemunculan Facebook dan Twitter. Meskipun begitu, berbagai situs jejaring sosial ini lah yang dikenal dengan istilah Social Network Sites (SNSs). Pada awal perkembanganya, SNSs cukup berhasil menarik minat para khalayak internet karena kemampuannya dalam membangun hubungan sosial, baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal. Lantas, apa sih sebenarnya SNSs itu? Berikut ini kita akan coba mengenal SNSs lebih dalam lagi.

Social Network Sites adalah sebuah situs yang berbasis layanan yang memungkinkan penggunanya untuk dapat berhubungan satu manusia dengan manusia lainnya lainnya dalam satu komunitas. Situs ini memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, lalu melihat daftar pengguna di jaringan situs yang ada, mengundang serta menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Dengan demikian, situs ini memberikan kesempatan kepada penggunanya untuk membangun relasi atau hubungan dengan siapapun yang berasal dari segala penjuru dunia. Sistem SNSs ini juga dapat memungkinkan kita untuk berhubungan serta berkomunikasi dengan pengguna lainnya yang berada dalam jaringan sosial yang sama juga dalam jaringan sosial yang lebih luas lagi. Fitur dalam SNSs ini sangatlah bervariasi. Secara umum, SNSs ini menyediakan fitur berupa profil dan daftar teman. Dalam profil ini biasanya memuat identitas pengguna serta pengguna dapat memasang fotonya pada bagian profile. Daftar teman ini berisikan akun-akun orang yang telah menjadi teman pengguna dalam situs tersebut. Biasanya pengguna dapat juga melihat profil dari teman-temannya dalam situs ini dan berkomunikasi, misalnya dengan menulis wall dalam Facebook, comment pada friendster, dan bahkan dapat pula men-tag foto kepada teman dalam Facebook. Pada initinya, SNSs ini memungkinkan penggunanya untuk dapat menjalin komunikasi dua arah dengan yang lain.

Situs jejaring sosial ini berawal pada tahun 1997 dengan nama sixdegress.com yang telah memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, menambah teman, dan memgirim pesan. Sayangnya, sixdegress.com ini kurang diminati pada saat itu. Sehingga pada tahun 2000 sixdegress.com ditutup. Setelah itu, pada tahun 1999 dan tahun 2000 mulai muncul beberapa situs jejaring sosial, yaitu Live Journal, Lunarstorm, dan Cyword yang masih menggunakan sistem komunikasi satu arah. Selanjutnya pada tahun 2001 muncul situs jejaring sosial yang bergerak di bidang bisnis dan berfungsi untuk memperbanyak link bisnis, yaitu ryzne.com. sampai pada akhirnya mulai muncul friendster, yang tadinya sebagai situs untuk mencari jodoh, pada tahun 2002. Friendster ini banyak digemari para khalayak internet, khususnya anak-anak muda. Sampai pada akhirnya, hampir seluruh anak muda dari seluruh penjuru dunia, memiliki akun friendster. Pada saat inilah, SNSs mulai dikenal oleh anak-anak muda. Semenajak saat itulah, tepatnya pada tahun 2003, mulai bermunculan situs jejaring sosial lainnya, seperti YouTube untuk sharing video, Flick R untuk sharing foto dan video, Last FM untuk mendengarkan radio, serta berbagai bentuk instant messaging, seperti Yahoo! Messenger dan Windows Live untuk chatting. Lalu periode terakhir adalah saat munculnya friendster, Myspace, Plurk, Facebook, dan twitter. Sampai saat ini, situs facebook menempati posisi pertama, setelah itu diikuti dengan twitter pada peringkat kedua.

Sama seperti perkembangan teknologi, Social Network Sites (SNSs) ini juga memiliki beberapa isu, antara lain seperti isu manajemen kesan dan penampilan pertemanan, jaringan dan struktur jaringannya, koneksi online atau offline, serta privacy.

· Manajemen kesan dan penampilan pertemanan

Maksud dari manajeman kesan dan penampilan pertemanan ini adalah merujuk pada kesan yang ditampilkan dalam SNSs ini terkadang berbeda dengan kesan yang sebenarnya. Misalnya, bisa saja identitas yang dimuat dalam profil jejaring sosial ini berbeda denga identitasnya yang sebenarnya. Peristiwa-peristiwa seperti ini sekarng sering dijumpai dalam facebook, di mana banyak orang menggunakan foto orang lain dalam akun facebook mereka, bahkan menggunakan nama belakang orang lain dalam nama mereka. Hal ini biasanya terjadi dengan tujuan untuk mengatur kesan dan penampilan pertemanan yang akan didapat dari pengguna lain dalam SNSs tersebut. Padahal teman yang kita terima dalam SNSs ini belum tentu dapat dekat dengan kita dalam kehhidupan nyata.

· Jaringan dan struktur jaringan

Maksud dari jaringan dan struktur jaringan ini merujuk pada fungsi dari SNSs sebagai sarana untuk memperluas hubungan. Dengan pengguna lainnya dalam SNSs tersebut. Network Structure ini membantu kita untuk mengetahui mana pengguna situs yang aktif dan mana pengguna situs yang pasif.

· Koneksi online atau offline

Koneksi online dan offline ini merujuk pada layanan SNSs yang mambantu pengguna untuk membedakan mana pengguna lainnya yang sedang online dan mana yang sedang offline. Hal ini dibantu dengan adanya tanda yang membadakan antara pengguna yang sedang online dengan yang sedang offline. Namun, meskipun sedang offline, pengguna masih dapat menerima pesan maupun permintaan pertemanan dari pengguna lain.

· Privacy

Maksud privacy di sini adalah merujuk pada isu yang berkembang di masyarakat. Isu ini merupakan salah satu isu yang paling menarik untuk dibahas. Isu ini berawal dari ketidaksadaran remaja akan apa yang pantas dan apa yang tidak pants untuk diakses oleh publik. Misalnya saja, banyak remaja yang memasukkan berbagai informasi, foto, ataupun hal-hal lain yang bersifat pribadi dan tidak sadar bahwa hal-hal tersebut dapat dengan sangat udah diakses oleh publik. Untuk mengatsi hal ini, maka SNSs memberikan layanan private profile. Layanan ini memungkinkan untuk profile beserta segala informasi yang ada hanya dapat diakses oleh meraka yang telah menjalin pertemanan dalam situs tersebut. Dengan adanya privacy ini juga memungkinkan penguna untuk dapat lebih mengontrol derta mengatur segala pesan dan konteks sosial.

Namun, sama seperti perkembangan teknologi dan lainnya, SNSs ini memiliki nilai positif dan juga nilai negatif. Nilai positifnya adalah membantu penyebaran informasi dalam waktu singkat, hibuaran, dan menjalin serta mempererat hubungan dengan seseorang. Sementara nilai negative yang dimiliki adalah menurunnya komunikasi interpersonal karena kebanyakan orang lebih memilih untuk berhubungan dengan menggunakan SNSs ini. Selain itu, SNSs juga dapat menimbulkan gejala kecanduan bagi remaja. Hal ini akan mengakibatkan mereka cenderung menghabiskan banyak waktu untuk memainkan SNSs ini dan melupakan kewajiban mereka.


Source: www.waena.org