Jumat, 30 April 2010

Wikinomics : Era Kolaborasi Ekonomi Lintas Industri Via Internet Mengubah Segalanya

Selama ini banyak perusahaan konvensional yang menggunakan sistem organisasi yang berdasarkan garis hirarki perusahaan yang cukup ketat, Setiap orang memiliki keterkaitan bagi yang lain dan saling membawahi seperti contohnya karyawan dengan manager, pemasar dengan pelanggan, perusahaan dengan komunitas. Dan masing-masing elemen dalam perusahaan tersebut mengemban tugas pribadi yang berbeda satu sama lain, mereka mengerjakan tugas tersebut secara individu. Banyaknya penggunaan blog, ruang chat, blogsphere atau media dialog dan debat mengubah sistim kerja para karyawan perusahaan. Karyawan atau pegawai mengatur performa bekerja mereka dengan mengkolaborasikan diri dalam lingkaran kelompok organisasional, sambil menciptakan apa yang kita sebut sebagai 'zona kerja wiki'. Mereka berkolaborasi serta bertukar pikiran dengan komunitas nya atau bahkan dengan orang-orang diluar komunitas untuk menciptakan inovasi yang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Di masa depan peran institusi bisnis dan sosial akan semakin berkurang serta akan mendapat tantangan besar dari orang-orang yang menguasai dunia teknologi informasi dan komunikasi. Hal tersebut dipaparkan dalam buku yang berjudul "Wikinomics: How Mass Collaboration Changes Everything". Buku itu diluncurkan oleh Dan Tapscott dan Anthony D. Williams pada Desember 2006 dan menjadi bahan pembicaraan di ratusan seminar dan menjadi topik di berbagai media masa seluruh dunia

Mulai banyak perusahaan pintar menggunakan media sebagai alat mempromosikan produk mereka, seperti web, yang dapat menarik berpuluhpuluh juta partisipan tanpa memakan banyak waktu. Cara baru berorganisasi seperti ini, jika dijalankan secara berkesinambungan, tentunya akan menggantikan struktur perusahaan konvensional sebagai mesin ekonomi utama dari penciptaan keuntungan. Sistem ekonomi model baru ini terus berkembang di luar software, musik, penerbitan, atau farmasetik.

Misalnya, pada saat perusahaan tambang Gold Corp yang berbasis di Kanada kehilangan akal untuk menafsirkan peta potensi tambang emas yang mereka miliki sejak 1948. Para ahli geologi yang tergabung dalam Litbang GoldCorp tidak dapat menghitung potensi emas dan menyerah ketika diminta mencari metoda eksploitasinya. Sang CEO Rob McEwen berusaha menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut tersebut dengan mengundang rapat internal penting yang diharapkan bisa mengubah masa depan perusahaan secara drastis. Rob McEwen terinspirasi oleh Linus Thorvald (pencipta sistem terbuka Linux), dia meminta para ahli geologinya untuk menggali informasi ladang mereka sejak 1948 dan menyebarkan informasi yang mereka dapat melalui internet. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat masukan dari ahli geologi dunia mengenai identifikasi ladang-ladang produktif dengan menjanjikan kompensasi imbalan yang menarik.

Hal ini merupakan fenomena karena pada umumnya perusahaan pertambangan merahasiakan data ladang tambangnya. Tetapi McEwen malah membuka kesempatan kepada siapapun di luar GoldCorp bahkan di seluruh dunia untuk menafsirkan peta ladang tersebut. Dan tidak membutuhkan waktu lama, perusahaan ini mendapat masukan dari ribuan orang via internet. Ada geolog, militer, ahli intelejen bahkan anak kecil memberikan ide mengenai potensi emas dan metode eksploitasi untuk ladang tersebut. Pada akhirnya GoldCorp selamat dari kebangkrutan. Kini setiap satu dollar yang ditanam GoldCorp pada 1990 ditahun 2006 sudah menghasilkan 3000 dollar dan saham perusahaan ini pun naik.
Rob McEwen sukses menerapkan strategi kolaborasi. Dan karena kesuksesan tersebut kini tidak hanya GoldCorp yang menerapkannya tetapi Nestle, Protect and Gamble, Nike dan Telkomsel mengandalkan individu maupun institusi di luar perusahaan dalam membantu melancarkan proses produksinya. Organisasi dan para jajaran direksi mereka berhasil memaksimalkan peran kolaborasi dan organisasi personal sebagai motor dari potensi baru agar meminimalisasi cost produksi, mempercepat inovasi dan secara umum melakukan apa yang diperlukann untuk menjaga organisasi mereka menuju lingkungan bisnis abad 21.

Slim Device Inc. sebagai perusahaan elektronik yang berbasis di Mountain View, California ini justru menyerahkan Riset and Development nya kepada para konsumen dan masyarakat luas, bahkan dari seluruh penjuru dunia. Masyarakat lah yang berimajinasi sekaligus mendesain produk menggunakan Slim Server Software yang dapat diunduh gratis via internet, setelah itu tim Slim yang mengkombinasikan seluruh ide yang masuk untuk diproduksi dan dijual ke pasaran. Contohnya saat sean mengundang para desainer dan pengembang alat elektronik untuk saling berdiskusi membangun peranti audio serta mereka dipersilakan untuk memodifikasi produk. Tidak seperti perusahaan lain yang pada umumnya memiliki divisi Riset and Development elite, berlimpah uang dan tertutup terhadap masyarakat.


Produk yang dirancang langsung oleh masyarakat tersebut laris manis di pasaran, pada tahun 2006 lalu Slim dapat meraup pendapatan sebesar US$ 10 juta. Perusahaan ini disebut mengembangkan model bisnis open source layaknya Linux, Mozilla dan Wikipedia. Bahkan, perusahaan besutan Sean Adam ini disebut-sebut sebagai prototipe perusahaan masa depan sekalipun mungkin tak serevolusioner Linux yang merepotkan Windows, Mozilla yang bikin deg-degan Internet Explorer, dan Wikipedia yang telah menghancurkan Encyclopedia Britanica. Untuk kedepannya modelkolaborasi seperti inilah yang akan menguat yang oleh Tapscott disebut sebagai Wikinomics yaitu sebuah istilah bagi era partisipasi dan kolaborasi manusia dalam dunia ekonomi dan bisnis.

Akan tetapi, pada proses penyelasaiannya, banyak manager menyimpulkan bahwa bisnis kolaborasi masa baru masih kurang ramah. Beberapa kritik datang pada proyek ‘open source’ seperti Linux dan Wikipedia yaitu mengasumsikan bahwa mereka sebagai daya tarik darihak legitimasi dan kebutuhan perusahaan untuk meraup kekayaan semata. Dan ada sebagian yang beranggapan bahwa model kolaborasi seperti ini sebagai ancaman keberadaan bagi perusahaan itu sendiri. Ada beberapa contoh kegagalan yang dialami perusahaan yang sejauh ini telah gagal dalam menjalani logika ekonomi baru.

Lahirnya berbagai situs jejaring sosial seperti MySpace,Facebook, Twitter ikut berpartisipasi dalam pengembangan era partisipasi dan kolaborasi masyarakat dalam dunia ekonomi dan bisnis, yang mengubah segalanya mulai dari hirarki perusahaan, organisasional perusahaan sampai proses pembagian keuntungan.

Sebanyak tiga juta dollar dihabiskan untuk riset dan pengembangan pada tahun 2000-2001 membuahkan peningkatan dari web dan berdampak pada model bisnis yang diterapkan. Pada tahun 2003, meningkat dua juta dollar untuk studi web transparancy sebagai bagian baru dari jaringan bisnis yang menggunakan keparcayaan. Dan meningkat kembali pada tahun 2004-2005, empat juta milliar dollar untuk program mengeksplorasi tentang bagaimana teknologi baru dan model-model kolaboratif mengubah desain bisnis dan berkompetisi secara dinamis.

Jutaan bahkan miliaran penduduk dunia saat ini bisa secara aktif berperan serta dalam berinovasi menciptakan produk baru, penciptaan kekayaan dan pengembangan sosial sebagai cara yang dahulunya hanya bisa kita impikan. Dengn berkolaborasinya masyarakat, mereka bisa mengembangkan seni, budaya, ilmu, edukasi, pemerintahan dan ekonomi dengan cara yang menguntungkan.

Perusahaan yang menggunakan web telah menemukan perbedaan dari kemampuan untuk berkolaborasi dan kejeniusan. Dalam hal ini, untuk mencapai kesuksesan tidak cukup hanya dengan melakukan simplifikasi dari strategi menagemen yang sudah diterapkan. Parajajaran pemimpin atau direksi harus berpikir “out of box” dalam persaingan dan dalam mencapai keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.


Referensi :
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.
http://www.waena.org

1 komentar:

  1. artikel yang menarik dan mencantumkan referensi. well done.
    ke depan mohon pelajari teknik kutipan di batang tubuh artikel supaya ketika orang membaca suatu statemen penting, tahu apakah ini wawancara langsung atau diambil dari sumber mana....

    "Rob McEwen sukses menerapkan strategi kolaborasi. Dan karena kesuksesan tersebut kini tidak hanya GoldCorp yang menerapkannya tetapi Nestle, Protect and Gamble, Nike dan Telkomsel mengandalkan individu maupun institusi di luar perusahaan dalam membantu melancarkan proses produksinya."

    overall welldone

    BalasHapus